SONGKOK
Oleh Iswan Sual
Ada dua orang
pemuda yang berprofesi sebagai petani gula. Mereka kadang-kadang saling
membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas masing-masing apabila ada di antara
mereka yang menyelesaikan pekerjaan lebih dulu.
Suatu hari
terjadi: salah satu dari penghasilan kedua pemuda itu mulai berkurang. Air nira
yang dihasilkan dari pohon enaunya mulai menyusut. Timbullah rasa irih. Dia
berencana untuk tidak meminum lagi air niranya. Namun air nira temannya. Setiap
malam dia pergi ke pohon enau temannya dan meminum air nira. Ini menyebabkan
air nira dari temannya juga berkurang. Lama-kelamaan pemuda ini mulai curiga.
Yang
mengherankan lagi adalah ternyata pemuda yang meminum nira ini secara diam-diam
adalah songkok. (Songkok adalah manusia yang kepalanya tercabut dari badannya
ketika dia berubah wujud menjadi hantu. Konon dia suka makan kotoran ayam.
Itulah sebabnya kadang-kadang orang melihatnya di pohon dimana ada ayam
bertengger. Manusia hanya dapat melihatnya dalam rupa seperti bunga api yang
menyemburkan api. Konon, semburan api itu sebenarnya adalah semburan darah
karena kepalanya terlepas dari badannya).
Kejadian ini
berlanjut selama beberapa hari. Ini menimbulkan kecurigaan dari temannya.
Akhirnya suatu saat, dia mengkonsultasikan hal ini kepada orang pintar (dukun)
di desanya. Disarankannya supaya sebaiknya dia mencari waktu untuk mengeceknya
sendiri. Dia juga mengatakan supaya mencari duri-duri yang banyak untuk
dililitkan di sekitar pusu dimana air nira diambil. Pesannya: durinya harus
banyak.
Diputuskannya
untuk mencari tahu dengan mengawasi selama satu malam pohon nira yang hasilnya
makin berkurang itu. Seperti biasa dia pulang ke rumah bersama-sama dengan
temannya yang sebenarnya adalah songkok itu. Tak lama di rumah dia langsung kembali
ke kebun di sekitar pohon nira. Dia mencari tempat yang cocok dari mana dia
bisa mengawasi siapa kira-kira yang mencuri air niranya. Namun hal itu tentu
tidak diberitahukannya kepada temannya itu.
Lama dia
menunggu, namun tak terjadi apa-apa. Akhirnya setelah jam menunjukkan kira-kira
pukul 08.00 malam, sesuatu pemandangan aneh membuatnya penasaran. Dia dengan
rasa penasaran mulai memperhatikan kumpulan lampu yang bergerak menyerupai
kunang-kunang. Dari pengamatannya terlihat dia bergerak menaiki tangga dan
berhenti tepat di sekitar “pusu”. Akhirnya dia menyimpulkan bahwa yang membuat
air niranya berkurang adalah sejenis binatang yang menyerupai kunang-kunang
(sejenis kumbang). Karena sudah lama dia tidak turun juga, akhirnya dia
memutuskan untuk pulang ke rumah untuk beristirahat-tidur.
Keesokkan
harinya, seperti biasa dia menuju kebun untuk mengambil air niranya. Dia sempat
mampir di rumah temannya. Tapi walaupun dia memanggilnya beberapa kali hasil
nihil. Temannya tidak memberi sahutan. Tidak seperti biasanya. Setelah menunggu
lama, akhirnya dia memutuskan untuk pergi tanpa temannya.
Dia memutuskan
untuk mengambil air nira yang paling jauh. Pohon aren yang menghasilkan sedikit
air nira diputuskannya untuk menjadi tujuan terkhirnya.
Hal yang sangat mencengangkan
terjadi. Waktu itu hari mulai terang. Matahari sudah bersinar. Tak ada lagi
yang tidak kelihatan. Dia sangat kaget ketika tiba di pohon terakhir. Dari
bawah dia melihat temannya di atas nira tanpa badan hanya kepala dan isi perut.
Tergantung di sekitar pusu. Isi perutnya tersangkut pada duri-duri yang
terlilit di sekitar pusu. Temannya kelihatan menakutkan dan mengenaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar