Sabtu, 14 April 2012

CERITA RAKYAT


SONGKOK
Oleh Iswan Sual

Ada dua orang pemuda yang berprofesi sebagai petani gula. Mereka kadang-kadang saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas masing-masing apabila ada di antara mereka yang menyelesaikan pekerjaan lebih dulu.
Suatu hari terjadi: salah satu dari penghasilan kedua pemuda itu mulai berkurang. Air nira yang dihasilkan dari pohon enaunya mulai menyusut. Timbullah rasa irih. Dia berencana untuk tidak meminum lagi air niranya. Namun air nira temannya. Setiap malam dia pergi ke pohon enau temannya dan meminum air nira. Ini menyebabkan air nira dari temannya juga berkurang. Lama-kelamaan pemuda ini mulai curiga.
Yang mengherankan lagi adalah ternyata pemuda yang meminum nira ini secara diam-diam adalah songkok. (Songkok adalah manusia yang kepalanya tercabut dari badannya ketika dia berubah wujud menjadi hantu. Konon dia suka makan kotoran ayam. Itulah sebabnya kadang-kadang orang melihatnya di pohon dimana ada ayam bertengger. Manusia hanya dapat melihatnya dalam rupa seperti bunga api yang menyemburkan api. Konon, semburan api itu sebenarnya adalah semburan darah karena kepalanya terlepas dari badannya).
Kejadian ini berlanjut selama beberapa hari. Ini menimbulkan kecurigaan dari temannya. Akhirnya suatu saat, dia mengkonsultasikan hal ini kepada orang pintar (dukun) di desanya. Disarankannya supaya sebaiknya dia mencari waktu untuk mengeceknya sendiri. Dia juga mengatakan supaya mencari duri-duri yang banyak untuk dililitkan di sekitar pusu dimana air nira diambil. Pesannya: durinya harus banyak.
Diputuskannya untuk mencari tahu dengan mengawasi selama satu malam pohon nira yang hasilnya makin berkurang itu. Seperti biasa dia pulang ke rumah bersama-sama dengan temannya yang sebenarnya adalah songkok itu. Tak lama di rumah dia langsung kembali ke kebun di sekitar pohon nira. Dia mencari tempat yang cocok dari mana dia bisa mengawasi siapa kira-kira yang mencuri air niranya. Namun hal itu tentu tidak diberitahukannya kepada temannya itu.
Lama dia menunggu, namun tak terjadi apa-apa. Akhirnya setelah jam menunjukkan kira-kira pukul 08.00 malam, sesuatu pemandangan aneh membuatnya penasaran. Dia dengan rasa penasaran mulai memperhatikan kumpulan lampu yang bergerak menyerupai kunang-kunang. Dari pengamatannya terlihat dia bergerak menaiki tangga dan berhenti tepat di sekitar “pusu”. Akhirnya dia menyimpulkan bahwa yang membuat air niranya berkurang adalah sejenis binatang yang menyerupai kunang-kunang (sejenis kumbang). Karena sudah lama dia tidak turun juga, akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke rumah untuk beristirahat-tidur.
Keesokkan harinya, seperti biasa dia menuju kebun untuk mengambil air niranya. Dia sempat mampir di rumah temannya. Tapi walaupun dia memanggilnya beberapa kali hasil nihil. Temannya tidak memberi sahutan. Tidak seperti biasanya. Setelah menunggu lama, akhirnya dia memutuskan untuk pergi tanpa temannya.
Dia memutuskan untuk mengambil air nira yang paling jauh. Pohon aren yang menghasilkan sedikit air nira diputuskannya untuk menjadi tujuan terkhirnya.
Hal yang sangat mencengangkan terjadi. Waktu itu hari mulai terang. Matahari sudah bersinar. Tak ada lagi yang tidak kelihatan. Dia sangat kaget ketika tiba di pohon terakhir. Dari bawah dia melihat temannya di atas nira tanpa badan hanya kepala dan isi perut. Tergantung di sekitar pusu. Isi perutnya tersangkut pada duri-duri yang terlilit di sekitar pusu. Temannya kelihatan menakutkan dan mengenaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar