TAK TAHAN AKU JAUHI DARIMU
Sebuah cerpen oleh
Iswan Sual, S.S
“ Lan, besok…mungkin aku
sudah di Manado. Lamaranku diterima. Mulai besok aku sudah harus bekerja. Kamu
tidak marah kan kalau untuk sementara kita harus berjauhan? Aku harus kerja.
Menganggur itu tak baik. Aku tak mau jadi beban orangtuaku. Kamu tahu kan kalau
sekarang aku sudah jadi seorang sarjana?” kata Felix pada pacarnya dengan
perasaan senang bercampur sedih.
Wulandari sedikitpun tak
bersuara. Dia hanya diam sambil menatap wajah sang kekasih yang menyandarkan
kepalanya di pangkuannya.
“ Aku janji akan mencari
pekerjaan yang lebih baik dan tak jauh dari kota ini nanti. Aku juga tak ingin
jauh darimu. Aku menyayangimu Wulan. Percayalah. Tapi…kepergianku besok belum
pasti kok. Soalnya aku belum dapat uang untuk membiayai hidupku selama satu
bulan ke depan sebelum ganjinya kuterima.”
Mendengar perkataan
Feliks, mata Wulandari mulai berkedip pertanda bahwa dia bisa tenang untuk
sementara. Wajahnya mulai berseri dan melemparkan senyuman kepada Felix dan ke
seluruh sudut kamar kos, tempat Felix tinggal.
Menyadari hal itu, Felixpun
memberi kecupan ke dahi dan bibir mulan beberapa kali.
***
Setelah berusaha keras
meminjam uang, namun gagal, dari
beberapa teman, akhirnya Feliks menyerah. Tak satupun temannya yang bisa dia
pinjami uang. Maklum sekarang akhir bulan. Felixpun berkata dalam hatinya “
Mungkin belum waktunya aku jauh dari Wulan.”
Meskipun demikian, Felix
pulang ke kosnya dengan perasaan puas karena usaha keras sudah dilaksanakan.
Saat gembok kamar baru saja dilepaskannya, telpon berbunyi. “ Halo, kenapa
Lan?”, tanya Felix dengan suara lembut dan wajah yang senyum.
“ Fel, aku bukannya tak mau kau bekerja.
Bukannya aku menghalangimu supaya tidak membebani orang tuamu, tapi….sangat
sulit kalau aku harus jauh dari kamu. Aku sudah mencoba mengerti dan bersikap
biasa-biasa saja. tapi waktu teringat kamu tadi…aku pikir...aku harus
memberitahu perasaanku yang sesungguhnya,” ungkap Wulandari dengan nada
mengeluh dan memohon.
“ Lan, kamu tak usah kuatir.
Besok aku batal meninggalkan Tondano. Tak satupun yang meminjamkanku uang.
Mungkin Tuhan sengaja membiarkan ini terjadi karena kita berdua sama-sama belum
siap dengan perpisahan ini…walaupun hanya sementara,” kata Felix santai sambil
memandangi potret kekasihnya yang ditaruh di atas meja belajarnya.
“ Lho..benar nih? Aduh
thanks God. Tapi bukan karena aku yang memaksa kamu kan?”, dengan senang Wulan langsung
bertanya lagi.
Setelah percakapan lewat
telepon itu, Felixpun menelpon ke Manado untuk memberitahukan bahwa dia belum
bisa bekerja di sana karena terganjal oleh masalah keuangan. Pihak yang akan
mempekerjakannyapun mengiyakan dan meminta supaya bisa mulai bekerja bulan
berikutnya setelah perayaan Natal dan Tahun baru selesai.
Waktu berlalu begitu
cepat. Felix dan Wulandari semakin lengket dan mesra. Mereka sudah saling janji
untuk sehidup semati walaupun belum memutuskan untuk menikah secepatnya. Mereka
sepakat pernikahan dilangsungkan 4 sampai 5 tahun lagi setelah Wulandari
menyelesaikan kuliahnya di Universitas Negeri Manado.
***
Felix merayakan Natal di
kampungnya bersama keluarga. Sedangkan Wulandari di Tondano bersama Opa dan
Omanya. Juga adiknya. Mereka tak cukup bahagia karena jarak memisahkan mereka.
***
Pada perayaan tahun baru
mereka sepakat untuk bersama-sama. Mereka pergi ke gereja bersama dan saling
bertukar foto, surat dan kartu ucapan tentang harapan-harapan mereka berdua di
tahun baru untuk hubungan spesial mereka. Cahaya-cahaya lampu di saat Natal dan
Tahun baru terus melekat pada dalam benak sepasang kekasih ini. Mereka sangat
bahagia karena mereka sudah berpacaran hampir mencapai 4 bulan.
***
Tepat pada tanggal 9
Januari 2006 Felix ditelpon oleh orang yang bakal menjadi bosnya supaya segera
masuk kerja. Hari itu juga, setelah pamit pada Wulandari, dia berangkat menuju
ke Manado. Selama perjalanan mereka saling mengirim sms untuk saling
mengingatkan masing-masing supaya menjaga diri dan setia menjaga hubungan.
Felix senang dengan pekerjaannya sebagai pengajar di lembaga pendidikan
keterampilan yang bernama Max’s Learning Center-sebuah lembaga yang dimiliki
oleh sepasang suami istri berdarah Kanada dan Tionghoa. Dia sudah senang dengan
pekerjaan sejenis itu saat masih kuliah di Universitas Negeri Manado. Namun
tetap saja harinya selalu gunda saat dia sendiri dan memikirkan Wulandari yang
kini jauh dari pandangannya. Serasa baru sebentar dia membelai rambut, mencium
bibir, dan memeluk tubuh Wulandari.
Perasaan cemburu yang
berlebihan kadang muncul. Saat dia membayangkan kekasihnya yang cantik itu
kalau-kalau didekati lelaki lain dan tergoda sampai menyukai mereka.
Sekarang Felix selalu
menelpon Wulandari. Sebelumnya mereka hanya mengandalkan sms untuk saling
bertanya kabar. Namun semua kini kadang-kadang pesan pendek melului HP tak cukup
untuk mengobati rindu.
Sekali seminggu Felix
pergi menjenguk Wulandari di Tondano untuk melepas rindu. Kamar kospun menjadi
saksi perbuatan mereka yang mulai menanjak ke tahap kemesuman. Waktu yang hanya
sehari pada akhir pekan membuat mereka berusaha sedapat mungkin menggunakannya
dengan sebaik mungkin.
***
Tak jarang juga jarak
yang memisahkan mereka menjadi sebab kesalahpahaman sulit diatasi. Komunikasi
sulit terjalin dengan baik. Saat mereka sedang bertengkar perasaan marah dan
kesal terasa sulit ditepis dan diatasi. Kadang-kadang terbesit kata dalam
pikiran masing-masing untuk segera mengakhiri hubungan.
Wulan hampir-hampir mau
menyerah. Apalagi banyak teman laki-lakinya di kampus yang perhatian dan selalu
siap membantunya kapanpun dia membutuhkan.
Rasanya godaan-godaan
itu mulai mempengaruhinya. Ada beberapa cowok yang sudah mengungkapkan isi hati
mereka, katanya. Karena konflik antara dia dan Felix, Wulandari sengaja enggan
menolak keinginan cowok-cowok itu. Sekedar untuk menyenangkan perasaan. Tapi
sebenarnya itu tak akan disukai oleh Felix. Jika sampai diketahuinya. Wulandari
menyembunyikan itu dari Felix. Namun Wulandari juga tidak berani menerima cinta
mereka. Dia hanya bimbang dan bingung. Seakan-akan memberi harapan pada
cowok-cowok itu.
Felixpun tak jarang
nyaris tergoda oleh rayuan dari teman-teman sekerjanya. Dia sering diajak ke
tempat-tempat tertentu yang senantiasa memberi peluang-peluang untuk
menyeleweng.
Kadang-kadang dia juga
teringat wajah-wajah elok pacar-pacarnya sebelumnya yang perhatian dan tak
banyak menuntut darinya.
Kalau mau jujur,
Felixpun merasa bahwa Wulandari adalah tipe cewek yang suka menuntut dan suka
memaksa. Felix kadang berpikir tentang sifat kekanak-kanakan dan egois dari
Wulandari.
Ada suatu saat, ketika
Felix hendak berangkat ke tempat dia bekerja, dia berpapasan dengan seorang
gadis. Mantan kekasihnya.
“ Hei...kamu Felix kan?
Aku tidak menyangka bisa bertemu kamu lagi. Apa kabarmu, Fel?,” tanya Aurilia
dengan sedikit menggoda.
“ Aurilia..! Iya aku
Felix. Aku juga tak menyangka bisa bertemu kamu di sini. Kabarku baik,” jawab
Felix sekedar basa-basi.
Dia teringat dengan
Wulandari yang mungkin akan marah kalau mengetahui pertemuan ini. Padahal tidak
disengaja.
Dia tak ingin nanti
Wulandari terluka karena menyempatkan diri untuk bertanya kabar satu sama lain
dengan gadis bertubuh seksi dan berkulit putih ini. Felix juga tak ingin Wulandari
melakukan hal yang sama. Itu sama dengan penghianatan!
Tanpa banyak
berkata-kata Felix melangkahkan kaki ke arah yang berlawanan dengan Aurilia.
Felix teringat janjinya pada Wulan untuk tak akan berhubungan lagi dengan
orang-orang yang pernah dekat dengannya. Ingatpun tak boleh. Apalagi
berbincang-bincang dengan mereka.
***
Banyak juga bekas pacar
Felix yang sering menghubunginya lewat telepon. Dalam keadaan yang sedang
bertengkar dengan Wulan, Felix bergulat dengan susah payahnya untuk
menyelamatkan hubungannya dengan Wulan. Meskipun sulit!
Felix memutuskan untuk
menghapus semua nomor telepon mantan-mantan pacarnya dan gadis yang pernah atau
sementara berusaha mendekatinya.
Wulandari yang sempat
sering berhubungan telpon dengan cowok-cowok se-kampus dengan dia juga
melakukan hal yang sama. Wulandari sadar bahwa semua orang yang mendekatinya
sekarang merupakan godaan secara tidak langsung untuk menghancurkan hubungannya
dengan Felix.
“ Lagipula belum tentu
mereka lebih baik atau sebaik Felix, “ pikirnya.
***
“ Lan, aku aku minta
maaf ya untuk soal kemarin-kemarin. Aku terlalu emosional. Habis...kamu juga
sih...marah-marah padaku di saat yang tak tepat. Tapi apapun kesalahan
aku...tolong dimaafkan ya... aku juga tak akan mengingat-ingat kesalahan kamu,”
kata Felix melalui telepon setelah beberapa hari sempat bertengkar sangat
hebat.
“ Felix, aku juga minta
maaf. Aku tahu aku juga waktu itu emosional. Aku sayang kamu, Felix,” jawab
Wulandari seraya membiarkan air mata bahagianya perlahan menuruni pipinya yang
kemerahan karena sudah akur lagi dengan sang pujaan hati.
***
Setelah genap sebulan
bekerja, Felix mengundurkan diri dari pekerjaannya karena dia merasa sangat
diperlakukan tidak adil. Dia dibayar kurang dari Rp. 900.000. Padahal dia
pantas mendapatkan lebih karena kemampuannya dan ijasah S1-nya. Dia juga kini
siap untuk bekerja di tempat yang baru. Dia melamar pekerjaan di Manado Post
sebagai wartawan. Sangat senang hatinya karena melihat namanya terpampang di
koran. Dia telah diterima untuk menjadi wartawan. Pekerjaan yang
diidam-idamkannya selama ini.
***
Wulandari dan Felix
sangat mensyukuri hal itu. Mereka mulai sering bertemu lagi dan bersama-sama
menempuh hari-hari mereka. Kalau lagi libur, Felix selalu menjemput Wulandari
di kampus. Mereka telah dipersatukan oleh keinginan untuk selalu bersama.
***
TAMAT
Thank you for sharing valuable information. Where else could anyone get that kind of information in such a complete way of writing? I have a presentation incoming week, and I am on the lookout for such information.
BalasHapus2003 Mitsubishi Galant AC Compressor