Sabtu, 14 April 2012

KUMPULAN PUISI





dari
BAHASA AIR MATA
sampai
SENIN KELABU

























PENGANTAR

Menulis buku bersama merupakan hal yang sedikit runyam. Apalagi penulis dari usia yang berbeda. Ada kebiasaan yang berlaku, generasi tua menyepelehkan generasi sesudahnya. Begitu juga sebaliknya. Namun dalam buku ini, dua penulis dengan usia yang terlampau jauh rentangnya dapat bersatu dalam sastra. Ternyata generasi muda ataupun tua dapat terpadu dalam satu dunia yang namanya: sastra.
Alasan bahwa yang muda lebih produktif dan yang tua kurang produktif tertampik dalam buku kumpulan puisi yang dicipta oleh dua penyair dari selatan Minahasa ini. Karya mereka adalah bukti bahwa lahirnya sebuah karya karena ada kehendak untuk berkarya. Bukan karena faktor usia. Jadi, mulailah dulu dengan berkehendak. Selanjutnya mulai menuangkan perasaan anda dalam bentuk tulisan. Apakah nanti tulisan anda dipublikasikan atau tidak, itu urusan di belakang.
Kiranya contoh yang sudah ditunjukkan oleh dua penyair ini bisa menjadi buah-buah inspirasi di waktu yang akan datang.
























UCAPAN TERIMA KASIH

H.B. SONDAKH
Yang pertama, saya mau mengucapkan syukur kepada Tuhan. Dialah yang menjadi sumber berkat. Tak dapat dibalas apa yang dibuatNya bagi saya hingga lanjut usia.
Ada banyak orang yang membuat mungkin sehingga karya ini boleh anda baca sekarang. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Betty Mogogibung, istri yang tercinta, yang sudah setia mendampingi saya selama ini. Saya bisa berkarya hingga kini karena dia. Terima kasih juga kepada anak-anak yang senantiasa memberikan dorongan dan penguatan.
Terima kasih pula kepada para guru-guru dan pegawai di SMP Kristen Tondei yang telah menjadi pembaca pertama buku ini. Ikut membaca berarti anda sudah ikut mewujudkan tujuan negara, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Bagi yang tak disebut namanya, jangan kecewa. Terima kasih. Semua sumbangan anda begitu bernilai.

Iswan Sual
Tanpa orang lain, mustahil karya ini boleh ada di tangan pembaca. Alam adalah sumber inspirasi. Orang-orang adalah sumber inspirasi. Saya mau mengucapkan terima kasih saya kepada bapak H.B. Sondakh yang sudah bersedia menerima tawaran saya menulis buku puisi bersama. Beliau adalah salah satu guru yang saya kagumi. Banyak memberi inspirasi. Meskipun itu kelihatan sepeleh. Tapi semua itu mampu menjelma menjadi karya yang saya anggap besar ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Della. She is wonderful. Saya beruntung dia menjadi pendukung yang setia. Dia memberikan masukan berharga dalam pembuatan buku ini. Dialah yang merancang sampul buku ini sehingga kelihatan lebih kena dengan judul. You are a talented book cover designer.
Masih banyak orang yang telah berkontribusi, tapi tak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk semuanya.





























Buku ini kami persembahkan untuk
Siswa-siswa SMP Kristen Tondei




              

























-Multa petentibus desunt multa-
-Horace-
(Ia yang menginginkan banyak, tidak akan pernah puas)



















Kumpulan Puisi
karya H.B. Sondakh





































Bahasa air mata

Tahun 2011 telah pergi
dan tak akan pernah kembali lagi
tangisan, penderitaan, ketakutan,
dan kedukacitaan, serta keputusasaan
mewarnai pengalaman perjalanan sepanjang tahun 2011
          Tahun 2012 kini sementara kita tapaki
          Kecerahan dan kebahagiaan serta
ketenangan menjadi dambaan di tahun 2012
          Kenyataannya…pada permulaan perjalanan di tahun 2012 ini,
          Nampaknya…berlaku lain dari yang diharapkan
Praktek korupsi, kehilangan kepercayaan masyarakat
kepada pejabat
Pelecehan hukum, krisis ekonomi dan lain-lain
ternyata masih mewarnai tahun 2012
Suami sebagai kepala rumah tangga
membiarkan tanggungjawab dalam keluarga
Isteri sebagai ibu rumah tangga
mengabaikan tanggungjawab mengatur dan mendidik anak-anak
Anak-anak berlaku tidak mendengarkan nasihat orang tua,
berlaku brutal dan acuh tak acuh
Hal-hal demikian diterjemahkan dalam bahasa air mata
          Pejuang kemerdekaan yang masih hidup dan ada hingga kini
          Oleh generasi kini
dianggap enteng dan meragukannya
dan tidak percaya
          Kendatipun generasi kini
tinggal mengecap hasil pejuang kemerdekaan RI
          Mempertaruhkan jiwa dan raga di medan perang
merebut kemerdekaan dari kaum penjajah
Semuanya karena pejuang kemerdekaan RI
yang berjuang tanpa pamrih
Kebanyakan pejuang yang telah gugur di medan perang
sekarang tinggal kerangka bercampur debu
Walaupun demikian…para pahlawan berseru
kepada generasi kini, Ibu pertiwi Indonesia
ternyata masih banyak rongrongan dari dalam dan luar
Sebab itu para pahlawan berseru dari dalam debu tanah…
Walaupun kami tinggal kerangka bercampur debu,
tetapi kamu generasi kini
Mengecap hasil jerih payah kami
yang telah korban jiwa dan raga
Karena merebut kemerdekaan RI
dari kaum penjajah yang menginjak martabat bangsa
Teruskanlah perjuangan kita
dan isilah kemerdekaan RI dengan hal-hal kebaikan
Walaupun kami sampaikan ini
melalui bahasa air mata yang dari debu tanah
Maju terus pantang mundur hai kawan-kawan kami
yang masih hidup dan masih ada
Tingkatkan semboyan perjuangan ”merdeka atau mati”
Singkirkan perongrong kemerdekaan yang abadi RI
Ciptakan kemerdekaan Indonesia yang aman,
damai dan sentosa selama-lamanya








Pahlawan Pendidikan

Aku, terpanggil melihat keterbelakangan
Pendidikan anak bangsa yang sangat memprihatinkan
Dengan memperhatikan tema pendidikan
“Membangun manusia seutuhnya”
Dengan pengetahuan yang kumiliki
Aku maju berjuang membangkitkan semangat anak bangsa
          Dengan bekal ilmu yang kumiliki
          Aku memberi diri dan jiwa ragaku
          Untuk membekali anak bangsaku
          Dengan bekal pendidikan, ilmu pendidikan
          Serta budi pekerti dan moral yang tinggi
Dengan susah paya aku berhadapan
Dengan anak-anak bangsa
Walaupun menghadapi banyak tantangan dan kendala
Dari dalam maupun luar pendidikan
Itulah romantika seorang naradidik
Dalam ketulusan dan keikhlasan
Dengan tidak membuang waktu yang dianugrahkan pencipta
          Berkat ketulusan dan keikhlasan sebagai naradidik
          Aku dapat menciptakan anak-anak bangsa
          Berprestasi, maju dan berguna di tengah bangsa dan negara
          Walaupun seorang naradidik anak bangsa
          Hanya dijuluki “pahlawan tanpa tanda jasa”
“Dari dalam gelap terbitlah terang!”
Kata seorang puteri bangsaku
Prihatin martabad bangsaku
Diinjak-injak dan dilecehkan kaum penjajah













Pejuang pahlawan kemerdekaan RI

Di kala fajar pagi menyingsing di sebelah timur
Nampaklah langit merah membara
Bangkitlah semangat putera puteri bangsaku
Mengenang tindakan dan perlakuan
kaum penjajah terhadap bangsaku
Martabat bangsaku diinjak-injak oleh kaum penjajah

Dengan tekad serta persatuan dan kesatuan
puteri-puteri bangsaku
Bersatu menyingsingkan lengan baju dan maju berperang
Mengusir kaum penjajah di bumi persada Indonesia tercinta

Dengan bersenjatakan golok dan bambu runcing
Puteri puteri bangsaku maju dan tak gentar berperang
melawan kaum penjajah
Menghadapi persenjataan kaum penjajah yang sangat modern
Putera puteri bangsaku bertempur mati-matian
dengan semboyan “merdeka atau mati”
demi kemerdekaan yang abadi negera
kesatuan republik Indonesia tercinta
Putera puteri bangsaku banyak yang gugur di medan perang
Mempertaruhkan nyawa
demi merebut kemerdekaan bangsaku Indonesia
juga kaum penjajah banyak yang tewas di ujung golok dan bambu runcing putera puteri bangsaku

Berkat penyertaan Tuhan Yang Maha Esa….
Tercapailah kemerdekaan Indonesia
dan diproklamirkan tahun 1945
Banyak pejuang yang masih ada
dan masih hidup di masa kini
Walaupun usia semakin lanjut dan pikun tetapi,
semangat juang mereka masih tinggi
Karena melihat dan memperhatikan
keberadaan anak bangsa di masa kini
Kebanyakan anak bangsa
yang tidak mengalami pahit getirnya berjuang
Pada waktu merebut kemerdekaan di tangan penjajah
Banyak di antara mereka bersifat acuh tak acuh bahkan tidak percaya
Kepada para pejuang yang masih ada
dan masih hidup karena sudah pikun
Generasi anak bangsa
di masa kini tinggal mengecap hasil perjuangan
para pejuang dan para pahlawan
yang kini tinggal tulang belulang bercampur debu tanah
Tapi darah mereka
yang telah membasahi bumi pertiwi Indonesia
berseru, “Hai nak bangsaku di masa kini
kamu bebas menuntut ilmu setinggi-tingginya
Kamu berusaha hingga menjadi kaya raya,
kebebasannya adalah jerih payah kami
Oleh karena itu, kenangilah kami
yang tinggal tulang belulang bercampur debu
Hormatilah para pejuang yang masih hidup dan mumpung masih ada
Bangsa yang besar dan telah merdeka, seperti bangsa Indonesia
Wajar menghormati para pejuangnya serta mengenang
dan menghormati para pahlawannya
Indonesia telah merdeka, tapi perjuangan belum selesai
Gangguan keamanan, korupsi, mementingkan diri sendiri
Masih mewarnai kemerdekaan Indonesia di masa kini
Kemerdekaan Indonesia yang diperjuangkan
oleh pejuang dan para pahlawan bangsa
Kemerdekaan yang aman, damai dan sentosa
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh
Itulah pedoman akhir kemerdekaan Indonesia
Pupuklah persatuan bangsa kita
dan kesatuan bangsa dalam mengisi kemerdekaan Indonesia
Tingkatkanlah dan aplikasikanlah “Bhineka Tunggal Ika”
negera kesatuan republik Indonesia














Jadilah Pahlawan Rohani

Dunia semakin tua kejahatan manusia semakin bertambah
Teguran Allah terhadap dunia dan manusia ciptaannya
semakin tidak dihiraukan lagi
Gempa bumi, letusan gunung api, tsunami,
puting beliung, hujan lebat, penyakit sampar, krisis ekonomi,
hilang kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin,
kasih manusia terhadap sesama semakin berkurang,
terlebih kepada Allah pencipta
Tuaian Allah terhadap dunia sebagai ladangnya semakin dekat
Pekerja-pekerja ladang di dunia ini sudah sangat dibutuhkannya
Tuaiannya sangat besar, tetapi pekerjanya semakin sedikit
Karena banyak pekerja yang hanya menggembalakan
dirinya sendiri
Para pendeta, guru agama,
pelayan-pelayan khusus, komisi kerja
adalah harapan Allah
bekerja giat, rajin dan tekun bekerja di ladangnya
Bangunlah dan jangan tidur………!
Saatnya sudah dekat…..tuaian besar tetapi pekerja hanya sedikit
Pakailah olehmu selengkap senjata Allah, yaitu firman Allah
Beritakanlah firman Allah!
Baik waktunya atau tidak baik waktunya
Karena telah tiba saatnya…
Orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat
Mereka mengumpulkan guru-guru palsu mereka
serta membuka dongeng-dongeng
Kata-kata mereka sangat menarik serta masuk akal
Tetapi…bagaikan ular berbisa
Waspadalah kepada mereka itu, karena mereka itu
penuh dengan hawa nafsu duniawi
Dan pada akhirnya mereka menjerumuskan kita
kepada kebinasaaan yang kekal
Hai pekerja di ladang Tuhan!
Ingatlah dan camkanlah itu……
Kamu akan ku utus ke tengah-tengah serigala
Kamu akan dibenci oleh semua orang,
dikucilkan bahkan dipenjarakan
Bahkan ada yang sampai dibunuh
karena pemberitaan firman Allah
Jangan takut dan jangan tegar hati!
“Bagi mereka itu yang dapat membunuh tubuh,
tetapi tak berkuasa membunuh jiwa
Aku Tuhan pencipta dan pemilik dunia dan manusia”
Semua hamba-hambaku yang setia,
rajin dan taat kepada Allah Pencipta
Jerih payahmu di dunia tidaklah sia-sia
Apa yang engkau ikat di dunia ini akan terikat di surga
Apa yang engkau lepaskan dan lalaikan
di dunia ini akan terlepas di surga
Kamu akan ku jadikan pahlawan-pahlawan rohani
Upahmu mahkota kemuliaan dan keselamatan
yang kekal selama-lamanya telah tersedia untukmu
Ketahuilah aku akan datang segera!
Bahwa sesungguhnya aku akan datang
membawa upahku bagi mereka
yang telah berbuat baik atau itu jahat
Dibuatnya di dalam terang maupun di dalam gelap
Ora et labora, maranatha, Imanuel.




Gema Menjelang Natal

Zaman beredar alam berputar….
hari berganti hari, bulan berganti bulan,
tahun berganti tahun
waktu berlalu terus bergulir….berlalunya waktu terburu-buru

          Lagu-lagu natal mulai terdengar berkumandang di udara
          pertanda natal kan tiba
terlihat di sana-sini kelap kelip
lampu hias natal dengan warna-warni
menghiasi rumah-rumah dan gedung-gedung gereja

Bulan Desember adalah pertanda perjalanan tahun akan berakhir
Tetapi…sayang di balik sayang, bila kita menoleh ke belakang…
Perjalanan kita di tahun 2010 yang tidak lama lagi berakhir ini
Penuh kenangan yang sangat mengharukan

          Bencana tak henti-hentinya dialami
gempa bumi, letusan gunung berapi
makin menjadi-jadi
mengorbankan banyak jiwa
Teror bom di mana-mana
perampokan, pencurian, bahkan pembunuhan
secara mutilasi menunjukkan keganasan
dan kebiadaban manusia terjadi di mana-mana
Penjualan manusia, kerusakan moral manusia
melalui pelecehan seksual
seakan-akan menjadi budaya di masa kini
Tindakan korupsi, kolusi
dan nepotisme yang dimulai oleh pejabat tinggi bangsa makin menjadi-jadi
Yang kaya bertambah kaya, yang miskin makin tertindas….

Tuhan Allah pencipta dan pemilik dunia
dan manusia dengan kasih sayangnya
menampakkan hujan darah, hujan belerang,
tanda-tanda ajaib di langit,
letusan gunung yang memuntahkan awan panas dan belerang
serta gempa bumi yang dahsyat,
serta banjir tsunami, yang begitu banyak
menelan korban manusia dan harta benda
sebagai pertanda awas di dunia oleh pencipta
Allah berfirman, “Bila bumi ku pandang,
akan bergetar atau bergempa,
bila gunung ku sentuh
akan berasap atau meletus.”
Hai manusia…sadarlah engkau terhadap tindakan
dan perbuatanmu yang mengecewakan Tuhan pencipta?
Ataukah masih tetap berkanjang dalam menerima segala
pernyataan tindakan kecemburuan Allah pencipta
dan pemilik kita
dengan penghakimannya yang dahsyat ini?
Hai manusia! Kembalilah dan sadarlah…
“Natal Yesus Kristus adalah pembawa damai”
Menjelang akhir tahun 2010 ini bila kita renungkan…
Terlalu banyak pengalaman yang menyakitkan
 hanya sedikit yang menyukacitakan
Ayah, ibu, anak , saudara, sudah mendahului kita
menjelang berakhirnya  tahun 2010 ini
Mereka telah dipanggil oleh pencipta dan pemilik kita
untuk dihindarkan dari keberingasan dunia dan isinya
yang mempercepat datangnya penghakiman
dan pengadilan yang Maha Kuasa.
Natal Yesus Kristus pembawa damai,
pembawa keselamatan bagi manusia yang percaya”
Natal Yesus Kristus bukannya persiapan pesta pora…
Natal Yesus Kristus bukannya menyenangkan diri secara nafsu…
Natal bukanya masa berganti suami atau isteri
atau pelecehan seksual
Tetapi…..
Natal Yesus Kristus adalah suatu introspeksi diri dan iman
Untuk menciptkan damai dan kebahagiaan yang sempurna
untuk mendapatkan janji kehidupan yang kekal
baik di dunia maupun di akhirat
Hai manusia, camkanlah baik-baik dan bertobatlah!
Karena Dia berfirman,
 “Aku datang segera! Untuk membawa upahku bagi dunia
dan manusia, untuk membalaskan perbuatan manusia,
entah itu baik, entah itu jahat, entah di dalam terang,
entah itu di dalam gelap.”
Hai manusia…sediakanlah jalan Tuhan
dan luruskanlah yang lekak-lekuk
yang menggambarkan hati dan perbuatan manusia
Bersegeralah, jangan lambat
Karena kedatangannya pada kali kedua ini
bukanmya datang untuk menyelamatkan lagi,
tetapi datang untuk menghakimi
Sangat ngeri sekali bila jatuh di dalam penghakiman Allah
pencipta dan berkuasa
Firmannya, “Aku yang awal dan yang akhir
Alfa dan Omega.”














Merdeka Atau Mati

Di kala fajar menyingsing di sebelah timur…
Menandakan terbitnya matahari untuk menyinari alam persada
Dengan hati yang membara serta semangat yang berapi-api
Dengan memperhatikan kekejaman dan kekerasan kaum penjajah
Menginjak-injak harkat dan martabat bangsa Indonesia
Maju berperang dengan bersenjatakan golok dan bamboo
runcing menentang dan menggempur
serta mengusir kaum penjajah
di bumi pertiwi Indonesia
dengan semangat yang membara,
menghadapi persenjataan kaum penjajah yang canggih
dalam pertempuran dengan kaum penjajah
putera-puteri bangsaku berjuang terus tanpa pamrih
dengan tekad serta bersemboyan: merdeka atau mati.
Banyak putera-puteri
korban di medan perang mempertaruhkan nyawa demi
kemerdekaan NKRI
Darah mengalir darah pejuang di seluruh persada Indonesia
Putera-puteri,
yang korban di medan perang,
sekarang tinggal tulang belulang bercampur debu
Walaupun kami tinggal tulang belulang
tetapi darah kami tetap menjadi saksi kemerdekaan NKRI.
Yang hasilnya sementara dikecap oleh generasi sekarang ini
          Pejuang-pejuang yang masih ada dan masih hidup
          Walaupun kamu sudah lanjut usia dan sudah kulit keriput
          Bersyukurlah kepada Yang Maha Kuasa
karena masih sempat mengecap hasil jerih lelah
          Dalam mempertaruhkan nyawa menahan lapar dan haus
          Hujan dan panas susah atau senang
          Tinggalkan istri
dan anak serta keluarga karena memperjuangkan
kemerdekaan NKRI
Wahai generasi sekarang ini,
apakah kamu menyadari
kemerdekaan yang kamu nikmati
adalah hasil jerih payahmu?
Mengapakah kami masih ragu
dan melecehkan para pejuang
yang mumpung hingga kini masih ada.
Walaupun mereka sudah lanjut usia
dan sudah keriput, tetapi kamu merdeka,
menuntut ilmu setinggi-tingginya,
berusaha dengan bebas hingga menjadi kaya
Beroleh jabatan yang tinggi dan kedudukan yang mewah
karena sudah merdeka

Hai generasi sekarang ini
Hormatilah para pejuangmu yang masih ada dan hidup
Serta ingatlah dan kenanglah pahlawan kemerdekaan
yang sekarang ini tinggal tulang belulang bercambur debu
Karena suatu bangsa yang besar wajib menghormati
dan menghargai para pejuang dan para pahlawannya
Kemerdekaan NKRI belum sempurna
karena masih terdapat rongrongan dari dalam dan luar
Berarti perjuangan kita belum selesai
Kami yang tinggal tulang belulang
bercampur debu dan darah kami menjadi saksi berseru
kepada perjuang yang masih hidup
bersama generasi muda sekarang ini

Teruskan,
Lanjutkanlah perjuangan kita yang suci ini
Tingkatkan persatuan dan kesatuan NKRI
dengan tekad “Maju terus pantang mundur
Merdeka atau mati
Menuju pada kemerdekaan NKRI yang sebenarnya
serta dengan prinsip sekali berjuang tetap berjuang
sekali merdeka tetap merdeka

Motto: once struggle forever struggle and once free forever free












Pujian Syukur Kepada Allah Atas Pertolongan dan Perlindungan

Berbahagialah orang yang menjadikan Allah
tempat perlindungan dan kota bentengnya
Dialah tempat perteduhan selama-lamanya
Walaupun aku berjalan dalam lembah kekelaman
aku tidak takut bahaya
Karena gadahMu dan tongkatMu menghibur aku,
Allahku yang ku percaya
Ya Allahku,
janganlah Engkau jauh dariku
Aku memuji-muji dengan bibir mulutku
tentang keagungan dan keperkasaanMu
Dengan kepak sayap pengasihanMu,
Engkau berikan perlindungan kepadaku
Aku tak usah takut kepada musuh-musuhku,
karena senantiasa engkau menyertai aku
Allahlah kota bentengku, kubu pertahananku…..
Ya Tuhan, ya Allahku jadikanlah hidupku menjadi kemuliaan
dan kehormatan, karena namaMu yang agung
Engkaulah yang menopang aku
sejak dari kandungan ibuku
Engkau yang telah mengeluarkan aku dari perut ibuku,
dengan selamat sentosa
Kini aku bersukacita kerena kebesaran dan keagunganMu
Engkau kupuji, baik siang dan malam…
Di saat yang berbahagia ini...
merenungkan kebaikanMu padaku
hingga mencapai usia yang aku miliki sekarang ini…
aku senantiasa memuliakanMu di seluruh hidupku
Engkau memberitahuku melalui firmanMu
“Masa hidup kami tujuh puluh tahun
dan kalau kami kuat, delapan puluh tahun.
Kebanggaannya adalah penderitaan dan kesusahan.”
Aku sangat bersyukur kepadaMu
karena aku di usia lanjut ini
Kurasa berkatMu
mengiringi perjalanan hidupku
Engkau mengaruniakan kekuatan,
kesehatan jasmani, pikiran dan keteguhan iman
“Ya Allah, ya Tuhanku…
kumohon Engkau jangan meninggalkan aku,
jangan membuang aku
Di masa tuaku dan di masa putih rambutku
Apabila kekuatanku habis
Kota bentengku, kubuh pertahanan hidupku.”
“Terpujilah Allahku untuk selama-lamanya.”

“IMANUEL”













Gema Tahun Baru 2011

Zaman berputar, alam beredar,
hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun.
Tidak terasa waktu bergulir terus,
seakan-akan berlalunya terburu-buru….
Tahun 2010 yang penuh kenangan…..duka cita dan tawa
silih berganti dialami
Bila dikenang dan direnungkan….
sangat menyakitkan dan sangat memiluhkan hati
Teror bom dimana-mana, perampokkan bersenjata,
penculikkan dan penjualan manusia,
pembunuhan terlebih sadis lagi pembunuhan secara mutilasi
serta pelecehan seksual makin menjadi-jadi
Korupsi, kolusi, dan nepotisme dipraktekkan
dan dimulai oleh pejabat-pejabat tinggi negara
Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin tertindas,
yang kuat semakin berkuasa,
masyarakat kecil semakin terusik haknya…
Tuhan Allah dari surga melihat ke bumi…
Apakah masih banyak manusia berlaku adil dan jujur?
Nyatanya ….sudah banyak yang tidak jujur dan tidak adil
Semuanya telah bejat moral
dan menyeleweng dari keinginan kehendak Allah
Yang salah menjadi dibenarkan, dan yang benar disalahkan
Yang menjadi hak yang sebenarnya dikucilkan dari kebenaran
dan keadilan yang sungguh
Penonjolan kebenaran karena uang yang diutamakan
daripada kebenaran dan keadilan yang sebenarnya
Allah sangat cemburu dan murka terhadap semuanya itu…
Allah dengan segera memerintahkan ciptaannya
yang lain selain manusia…
Untuk mengingatkan dan menyadarkan manusia di bumi
yang sudah dirusakkan karena ulah manusia itu sendiri
Utusan-utusanNya di bumi,
pendeta, penginjil dan hamba-hambanya tidak dihiraukan lagi…
Malah dibunuh secara sadis,
gereja dan tempat-tempat ibadah
di bumi dihanguskan…
Allah segera bertindak…
Gempa bumi yang dahsyat,
tsunami, kecelakaan pesawat,
dan kapal laut, kecelakaan kereta api
Dan…kendaraan-kendaraan lainnya, semakin menjadi-jadi
di tahun 2010
Letusan-letusan gunung-gunung api
yang memuntahkan material dan awan panas serta gas racun
menimpa manusia dan hewan
serta harta benda yang dianggap manusia
sangat berharga, kesemuanya peristiwa itu, Allah mengingatkan kita
agar kita kembali kepadaNya
sebelum Ia datang pada kali yang kedua
untuk membawa upahNya di bumi
Tahun 2010 telah pergi dan lenyap,
dan tidak pernah akan kembali lagi…
Tahun 2011 telah hadir…

Tahun 2011 adalah tahun pembawa harapan…
Natal Yesus Kristus di tahun 2010
adalah sesuatu persiapan diri
untuk bertobat…melepas dan meninggalkan cara-cara hidup
yang tidak berkenan sehingga Allah bertindak
Permulaan tahun 2011 menunjukkan titik surya
terang Yesus Kristus yang akan datang
Datang pada kali yang kedua untuk membawa upahNya
bagi manusia dan dunia
Harapan kita Yesus Kristus akan kedua kali ini…
Untuk membawa damai di atas bumi…
Sejahterahlah kamu! Jangan takut!
“Tengoklah Aku menjadikan semua baru
Lecutan cemeti di punggungKu, 
dan penderitaanKu hingga di kayu salib,
Kutanggung semuanya itu karena kamu
Hai manuisa dan dunia, sadarlah dan bertobatlah dari jalanmu
yang sesat itu.”
Karena….keselamatan yang dari padaKu hampir akan datang…
Dan...hampir akan dinyatakan
Amin. Maranata. Imanuel.






Bahasa Tetesan Air Mata

Bumi berputar, alam beredar….
Waktu bergulir terus, ciptaan Yang Maha Kuasa.
Dunia semakin tua ada-ada saja yang terjadi di muka bumi ini
          Negara Indonesia sejak tahun 1945,
 diproklamirkan kemerdekaan Indonesia
Pejuang kemerdekaan Indonesia
yang telah mempertaruhkan nyawa,
telah bertahun-tahun mereka korban
dan sekarang tinggal tulang-belulang bercampur debu tanah
Menjadi pahlawan bangsa Indonesia
Para pahlawan korban karena merebut kemerdekaan Indonesia
dari tangan penjajah
Darah pahlawan membasahi bumi persada Indonesia
Menjadi kesaksian bagi kemerdekaan
negara Indonesia hingga sekarang
Anak bangsa kini tinggal mengecap hasil perjuangan
para pejuang dan para pahlawan bangsa
Kini kemerdekaan negara Indonesia, usianya semakin lanjut
Tetapi sangat disayangkan, kemerdekaan belum
sampai pada tujuannya
yaitu negara Indonesia yang merdeka
lahir dan batin, aman dan sentosa
Kami para pahlawan bangsa Indonesia
yang telah bertahun-tahun bercampur debu
Walaupun kami tinggal tulang belulang,
kini kami sangat sedih memperhatikannya
Melihat perilaku anak-anak bangsa
di masa kini sangat sedih memperhatikannya
Hasil perjuangan para pejuangan
dan para pahlawan yang telah mempertaruhkan nyawa
Seakan-akan disia-siakan oleh anak bangsa di masa kini
Korupsi besar-besaran kekacauan di mana-mana,
penindasan terhadap sesama, pelecehan seksual
Penindasan terhadap masyarakat kecil
yang kaya menjadi lebih kaya, dan lain-lain
Semuanya masih mewarnai kehidupan masyarakat
 bangsa Indonesia yang merdeka
Tujuan kemerdekaan Indonesia yang telah diperjuangkan
oleh pejuang dan para pahlawan
Terciptanya negara Indoneisa yang adil makmur
secara lahir dan batin
Kami para pahlawan bangsa
yang telah bertahun-tahun bercampur debu tanah
Walaupun kami tinggal tulang-belulang belaka….
Dari dalam debu tanah kami menyeruhkan kepada anak bangsa…
“Hai anak-anak bangsa dan para pejuang yang masih hidup
walaupun sudah pikun,
kami tahu walaupun kamu telah tua dan pikun
tetapi semangat juang masih tinggi.”
Teruskan perjuangan kita
dengan semangat persatuan dan kesatuan tinggi.”
Ingatlah dan camkanlah “Bhineka Tunggal Ika”
Hindarkan sistem suku,
agama dan ras karena kita adalah satu

Hai anak-anak bangsa yang tinggal
mengecap hasil perjuangan kami para pahlawan
Kamu bebas menuntut ilmu setinggi-tingginya
dan menduduki jabatan yang kamu geluti
Karena kebebasan itu bukan jerih payah kamu
Berbahagialah kamu sekarang ini…
hanyalah kemerdekaan negara Indonesia
Belum pada tujuan yang dicita-citakan oleh kita semua
Perjuangan kita belum selesai….
Cita-cita perjuangan bangsa Indonesia yang adil
sejahtera, adil dan makmur lahir dan batin,
Janganlah kita sebagai anak bangsa,
mengisi kemerdekaan Indonesia,
Saling gigit-menggigit, saling menjatuhkan, saling mempersalahkan…
Tetapi marilah kita sama-sama
mengisi kemerdekaan Indonesia itu
dengan berlandaskan Pancasila, UUD 1945 secara murni dan tulus
Maka tercapailah cita-cita kemerdekaan Indonesia yang sebenarnya
“Bersatu kita teguh, bercera kita runtuh atau hancur.”








Bahasa Tetesan Air Mata Perjuangan

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun,
Bergulirnya waktu itu
seakan-akan begitu cepat dan berlalunya waktu terburu-buru
Tidak terasa organisasi LVRI Motoling Barat,
sejak berdirinya LVRI ranting Motoling Barat
Kabupaten Minahasa Selatan,
pimpinan serta anggotanya tidak sedikit mengalami
hambatan dan rintangan
Dari dalam maupun dari luar, silih berganti…
Berkat tuntunan Yang Maha Kuasa,
LVRI ranting Motoling Barat organisasi berjalan terus
Berkembang dan berjalan lancar
demi jayanya kemerdekaan bangsa Indonesia
Sejak berdirinya organisasi LVRI ranting Motoling Barat
Kabupaten Minahasa Selatan,
pemimpin yang dipercayakan mengelolah
dan melanjutkan perjuangan,
tidak sedikit mengalami linangan air mata
dengan membisu seribu kata,
menanggulangi tantangan yang datang
bertubi-tubi dari dalam dan luar organisasi,
kesemuanya demi
mempertahankan dan memperjuangkan nasib organisasi
dan anggotanya
sebagai pemimpin adalah panutan.
Sering meninggalkan tanggungjawab,
tetapi karena mengutamakan kepentingan negara
Bukannya membiarkan keluarganya,
tetapi karena mengutamakan kepentingan negara
Dalam organisasi banyak menerima tantangan
terhadap anggota-anggota
Anggota masih kurang pengertian
terhadap tanggungjawabnya sebagai LVRI
Dalam setiap pertemuan, lalai melaksanakan
tanggungjawabnya sebagai LVRI
Kesemuanya itu menjadi tanggungjawab pemimpin
Untuk dipertanggungjawabkan kepada atasan organisasi
Dalam usia empat tahun berdirinya
LVRI ranting Motoling Barat,
beberapa anggota LVRI Motoling Barat
Kabupaten Minahasa Selatan
telah berpulang kepada Yang Maha Kuasa,
berhenti berjuang di dunia fana ini
Tetapi, walaupun tantangan rintangan, hambatan dialami…
Pimpinan dan anggota LVRI ranting Motoling Barat,
Kabupaten Minahasa Selatan,
karena berkeyakinan sebagai pejuangan
dan mengutamakan keyakinan Tuhan Yang Maha Kuasa
Bila kita berjuangan dengan tulus ikhlas, dihadapan manusia
terlebih kepada khalik pencipta
LVRI ranting Motoling,
tidak akan sampai pada usia yang ke-empat ini
Allah berfirman, “Jikalau kamu berjalan bersamaKu,
Aku akan menyertai kamu.”
Firman Tuhan serta sekalian alam berkata,
“Aku menyertai kamu pada siang hari
dengan tiang awan dan pada malam hari dengan tiang api.”
Dirgahayu LVRI ranting Motoling Barat Kabupaten Minahasa Selatan.



















-Si tacuisses, philosophus mansisses-
(Kalau saja kau tetap diam, orang mungkin percaya bahwa kau bijaksana)



















Kumpulan Puisi
karya Iswan Sual
































Bermain Bola

Ajaklah  aku bermain bola teman
Ku ingin menendang
Walau hanya sekali menembus gawang
Ayolah teman beri aku kesempatan

          Sungguh aku irih melihat kalian
          Berlari-lari dalam girang
          Berpacu larut dalam juang
          Ayolah teman beri aku peluang

Dari kecil main bola tlah jadi idaman
Ingin sekali menggiring
Menirukan si Bambang
Ayolah kawan ajaklah aku kapan-kapan

          Suatu saat nanti kau keheranan
          Saksikanku di tengah lapangan
          Janjiku slalu ku pegang
          Ayolah kawan ini demi masa depan
Di lapangan belakang
Main bola telah dilarang
Katanya akan berdiri gedongan
Tempat inap penggelap uang

















Ilmu Pengetahuan

Selamat pagi dunia
Tiada hal yang lebih indah
Dari membenam diri dalam lautan ilmu
Menyentuh karang-karang runyam
          Memandangi bilangan ikan-ikan
          Menyalin dalam pencahan-pecahan
          Membaginya menjadi bermacam-macam
          Memperoleh hasil yang seimbang
Dalam dunia itu pandang melapang
Rasa menjadi dalam
Menembus mega
Menggoda angkasa
          Terjelajah sungai panjang
          Menyusup mikro organisme
          Terpaham hubungan-hubungan
          Mengurai simbiosis mutualisme
Dunia ini sungguh jelita
Kian dalam ku selam tahulah tentang realita
Ia membuat aku menolak Tuhan
Juga membuat kagum pada pencipta
          Pesannya:
“Aku berteriak-teriak di lorong-lorong di muka umum pula. Barangsiapa mencariku mereka tak mudah tertipu.”


















Nilai-Nilai Telah Wafat

Nilai-nilai telah pergi
Mengembara mencari-cari
Jiwa-jiwa sejati
Tinggalkan raga yang telah mati
          Kita tak ubahnya mumi
          Namun ingin hidup lagi

Dulu, begitu mesra nilai-nilai membelai
Dimanjanya kita di atas ayunan damai
Bercanda kita beramai-ramai
Nilai berdandan gagah nampak seperti mempelai
          Kita seumpama malaikat
          Terbang dengan sayap-sayap

Nilai-nilai hilang tak berjejak
Barangkali dia telah wafat
Terperangkat oleh bangsat
Mungkin juga ia tlah terangkat
Nilai-nilai, maukah kau kembali?
Kita mulai dari awal
Ku ingin kau jadi perisai
Saat aku hampir lunglai


















Kepada Leluhur Kami

Leluhur yang telah tiada
Masihkah engkau bertanya
Apa kami tetap pertahankan adat
Merancang esok nan bahagia?
          Leluhur yang di sana
          Tahukah engkau kalau turunanmu
          Kini menjual tubuh sampai ke negeri jauh
          Korbankan nurani demi mobil baru?
Leluhur yang telah tiada
Ku rindu masa-masa dulu
Hilang nyawa tak jadi soal
Asal kita tak dipermainkan malu
          Leluhur yang di sana
          Manis dikenang waktu kita disebut alifuru
          Tapi kita terapkan Mapalus
          Tewaspun tak apa yang penting kita bersatu
Leluhur kami Toar dan Lumimuut
Sekiranya boleh jenguk kami sekali-kali
Pun hanya dalam mimpi
Kami pasti berani berdiri
          Leluhur kami Toar dan Lumimuut
          Ingatkan kami supaya tidak korupsi
          Jauhkan kami dari selisih
          Ikatlah kami dengan tali suci
Biarlah kami seperti Manguni
Orang Minahasa sejati














Kita Buat Anak-Anak Kita Bangga

Wahai orang muda
Kita ini pemegang tongkat estafet
Pewaris kebudayaan penerus kebanggaan
Di tangan kita, itu semua tercatat
Kita cipta sejarah
Kita buat anak-anak kita bangga
Wahai orang muda
Kita ini lascar pembela
Pelindung yang lemah penjaga martabat
Di tangan kita, itu semua terpahat
Kita harumkan bangsa
Kita buat anak-anak kita bangga
Wahai pemuda
Pantang kita menyerah pantang kita khianat
Berkobarlah semangat kita rangkul jiwa-jiwa
Di tangan kita, itu semua tersurat
Kita lawan penjajah
Kita buat anak-anak kita bangga
Wahai pemuda
Pantang kita lengah pantang kita kalah
Dobraklah dinding kebodohan
Masukilah dunia pengetahuan
Di tangan kita, itu semua termaktub
Kita bangun dunia
Kita buat anak-anak kita bangga















Di kamar ini

Di kamar ini aku bermimpi
Tentang hari depan nan penuh misteri
Hari depan tersembunyi
Tersingkap oleh imajinasi

Walau tak tertata
Dari sini aku mulai berharap
Sendirian tertawa-tawa
Menengok dunia nyata
Di kamar ini ku gores tinta
Mencipta karya nan indah
Bukan karna ingin kaya
Hanya demi idealism semata

Walau di mana-mana debu
Dari sini ku lepas semua pilu
Memetik masa lalu
Memanennya saat matang penuh
Di kamar ini ku lepas penat
Menghempas kabut pekat
Menekuni kitab berbab-bab
Agar dengan-Nya aku dekat

Kamar ini adalah alasan
Tempatku membangun harapan
Merancang angan
Tuk menggapai bintang-bintang












Kekasih Hatiku

Sendirian aku di sini
Merenung dan mengenang
Kebersamaan yang pernah tercipta
Terucap dari bibir “Oh sungguh indah”
Rindu padamu seumpama
Rindu ombak akan pantai
Ingin bertemu
Saling mencumbu
Kekasih hatiku
Hadirlah dalam mimpiku
Biar semua insan cemburu
Jelajah laut biru
Engkau laksana embun
Tiap waktu memberi sejuk
Engkau laksana api
Memberi hangat dalam dingin
Kekasih hatiku
Dalam dekapmu aku tentram
Dalam pelukmu aku nyaman
Tak ingin aku semua ini berlalu
Jadilah kekasihku sepanjang waktu
Menerangi gelap hari-hariku
Jadilah nafasku dalam paru-paru
Hingga aku terus hidup
Aku kan menjelma matari
Dikalau kau benih baru
Menjelma jadi air
Menyiramimu
Supaya kau tak pernah mati
Aku kan berubah madu
Ketika kau lahir s’bagai kupu-kupu
Kekasih hatiku
Cintamu janganlah berlalu





Sinonsayang

Saat jendela kamar terbuka
Pagi-pagi kepadamu kukirim
Kekaguman
Dalam hati kataku
“Keberadaanmu adalah bukti adanya Dia. Tak mungkin keteraturan dan kesemrawutan ini adalah kebetulan.”













Menunggu

Waktu takkan terasa berlalu
Bila takdirku adalah menunggumu
Menunggumu hingga kau mau
          Terpisah jauh taklah mengapa
          Asal di sana kau tetap setia
          Setia pada cinta
          Demi hari depan kita
Bagiku,
singkat dan panjangnya waktu
Jikalau cinta s’mua itu tak ada pengaruh








2012

2012, tahun kiamat
Itulah tutur orang tak berkhimat
Bikin kita tersesat
Berdiam diri. Berhenti berupaya
          2012, tahun rahmat
          Seperti itulah kita berharap
          Agar selamat
          Berjingkrak-jingkrak gembira dalam bahagia
2012, masih rahasia
Rancanglah cita-cita untuk nusa bangsa
Isi hari-hari dengan rupa-rupa karya
Semoga hari tua terhindar sengsara
          2012, tahun naga menurut almanak Cina
          Cintailah alam jauhkan bencana
          Tanamlah pohon berjuta-juta
          Di hari depan kita bernafas lega


Ibu

Ibu,
Belum lama aku terlelap
Engkau telah terjaga
Menolak datangnya surya
Cukupkah engkau tidur?
Ibu,
Semua yang kau masak
Dilahap kami khatam hilang jejak
Perut jadi buncit badan bertenaga
Cukupkah engkau makan?
Ibu,
Aku masih bujangan
Masih numpang
Pakaian engkau yang cucikan
Tidak beratkah kau terbeban?
Ibu,
Harga sembako kian membumbung
Tariff dasar listrik laksana gunung
Anak  perempuanmu masih sekolah
Tapi telah bunting
Tidak inginkah kau merintih?

















Dengan Membaca

Dengan membaca
Aku bisa berkelana
Mengunjungi pantai Kuta
Menyentuh lekuk-lekuk eksotis Borobudur
Memanjat patung Liberti di Amerika
Dengan membaca
Aku mencicipi spageti
Meneguk anggur terbaik Eropa
Membeli pakaian kelas atas di Paris
Melihat para sineas beraksi di Hollywood
Dengan membaca
Aku bisa membuang abu di sungai Gangga
Mendaki  hingga puncak Himalaya
Berenang puas di Antartika
Bertemu Leon Trotsky di Rusia
Dengan membaca
Aku pura-pura tersesat dalam hutan Amazon
Bersenandung di ujung Zion
Bergabung dalam tim Indiana Jones
Mencari benda magis
 Dan menemu harta karun
Dengan membaca
Aku mengecap singkat panas api neraka
Bermanja pada pangkuan Tuhan di surga














Kesendirian

Tak ada lawan bicara
Waktu berjalan terus
Muncul rasa bosan
Hanya berteman kebisuan
Mulut berkarat terasa pahit
Telinga berdesing dalam senyap
Mata membelalak
Melihat langit-langit
Tak tahu apa dibuat
Mencoba menyelidik
Buku ber-rak-rak
Tak satupun menarik minat
Aha! Baiknya ku tulis sajak
Sajak mengusik hati nan penat
Sajak mengobati kerinduan
Sajak mengusir kesendirian


Tunggu Aku Sayang

Layar telah terkembang sayang
Tak tahu kapanku pulang
Sapu tanganku tetaplah kau simpan
Biarlah itu jadi kenangan
Iringlah aku denga harapan
Hentarlah dengan senyuman
Agar aku sampai tujuan
Agar terkejar semua impian dan angan
Sabarlah sayang
Tunggu aku pulang
Hatimu jangan kau lunturkan
Ingatlah juangku di perantauan
Pandanglah bulan saat malam
Bicaralah pada bintang-bintang
Kukirim mereka padamu jadi teman
supaya kau riang walau sendirian


Pujian perawan

Aku tersanjung hari ini kawan
Katanya puisiku membuah kesan
Menyentuhnya ke dalam
Serasa terbang aku hingga awan
Tak terkata isi hati ini kawan
Katanya puisiku buat dia tertawan
Duhai kawan! Ia itu elok rupawan
Insan mana tak tenggelam
Marilah saksikan kawan
Ikutlah aku bertemu si perawan
Biarlah kau lihat si jelita tak ada tandingan
Biar kau lihat ku beri dia cincin tunangan
Ayolah kawan
Kelak ke cucu-cucu kau ceritakan
Tentang juang
Pemuda yang tak lekang


Untung Ada Dia


Melihat mereka,
Nafasku tak menentu
Dalam hati berseru-seru
Berharap beroleh petunjuk
Aku jatuh lemas tertunduk
Kalau hari ini begini,
Bagaimana nanti?

Serasa ku tak kuat lagi
Mereka tentu tertawa bila aku pergi

Untung ada dia
Dia buatku lupa smua lara
Walau tak tak berlangsung lama
Dia seumpama oase di tengah gurun
Memberi kelegaan saat hujan tak pernah turun

Untung ada dia
Walau tersiksa dalam neraka
Dikirimnya aku bunga
Demi melihatku tersenyum dan tertawa
















Sajak Untuk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
(untuk alm. Jetje Rawung)

Tadi malam aku terhenyak dengar kabar
Tentang kelam yang datang
Lonceng berdentang
melingkupi desa
“Ibu guru kita telah berpulang ke alam baka.”
          Padahal kemarin engkau masih lincah
          Menari-nari di depan siswa
          Menuangkan makna-makna indah
tentang cita untuk bangsa
kini kau t’lah tiada, pahlawan tanpa tanda jasa
Ibu guru, kenapa begitu lekas?
Kecewakah engkau karena kami tak menjadi
Seperti yang kau harap?
Sedihkah engkau karena didikkanmu
Tak jadi nyata dalam tiap langkah?
          Sungguh, di kala engkau mengajariku baca
          Agar kelak aku bisa melalangbuana
          Jauh-jauh menembus cakrawala
Sungguh, ketika engkau bercerita
Tentang Amerika, Eropa, negeri-negeri nun jauh di sana
Engkau berkata,
“Kejar impianmu, nak.
Kejar impianmu sampai ujung bumi.”
Dan engkau benar
Engkaulah guruku yang tak pernah berdusta
Bahkan demi kami kau mau menderita
          Ibu guru, lihat! Lihat! Langit pun mendung
          Tak rela kau pergi menghilang di awan-awan
          Langit pun ingin diajar bagaimana membaca
          Menulis, bersikap jujur,
menjadi panutan dalam tindak dan tutur
Puluhan tahun keringatmu mengalir
Tapi tak satu pun kami sadar
Tak terkira peluh-peluh terkuras habis
Tak satu pun kami insaf
          Ibu guru, melihatmu terbujur kaku
          Seakan harapan kami ikut pupus
          Berat rasanya kami ditinggal
          Berat rasanya menerima kenyataan
Kaulah yang mengajarku menghitung
Menghitung bintang gemintang di angkasa
Kini kutahu kenapa
Kenapa aku mesti menghitung benda langit
Yang antah berantah berapa jumlahya
          Kau ingin kami menjadi bijaksana
          Laksana Ganesa tak surut meski telah rentah
          Kau ingin kami bahagia
          Sebahagia orang yang sejatinya bahagia
Kini kau telah tiada
Yang tinggal hanya pesona merona
Yang membekas hanya semangatmu yang tak patah
Tak lekang oleh waktu. Tak bisa punah
          Malu kami mengangkat muka
          Kami yang muda mengaku t’lah tua
          Kami yang masih bau kencur
          Merasa sudah usur berumur
Ibu guru, jasadmu akan terkubur
Tetapi semangat juangmu dalam sanubari
Takkan pernah luntur
Meski waktu terus gugur
          Dalam hati terukir dengan tinta emas
          “Di kampung kami, pernah hidup seorang wanita
yang tegas,
          Yang selalu bekerja keras.”
Ibu guru, jasamu tak sanggup kami balas
Hanya harap kami kirimkan ke atas
Selamat jalan ibu
Ingatlah kami bila olehNya kau telah dipangku









Senin Kelabu
(untuk alm. Jetje Rawung)

Senyum dan tawa terlukis indah
Pada wajah wanita yang tak lagi muda
Saban hari bercita menata bangsa
Mengirim harap menembus mega
          Siapakah dia?
          Masihkah ada orang seperti itu?
Bukan sedikit peluh yang tercurah
Tenaga yang terkuras
Otak berkali-kali diperas
Hingga reyot melemas
          Siapakah dia?
          Masih adakah orang begitu?
“Nak, belajarlah tak kenal waktu,
Terbanglah ke tempat yang kau tuju
Raih bintang gemintang
Sehingga tidak enteng kau dipandang.”
          Kata-kata siapakah itu?
          Masih adakah orang yang bicara begitu?
Lihat, siapa yang telah
Terbujur kaku disana?
Dalam diam dia bicara
Ingatkan kita tentang cita tuk nusa
          Lihat! Dia telah berhenti berdendang
          Tidak lagi menari atau menulis satu iota pun pada papan
          Padahal semua itu masih kami rindukan
          Semua itu telah hilang
ditelan menjelang Senin malam
Lihat! Lihat! Langit itu mendung
Perlambang dia juga kehilangan
Kehilangan bintang gemintang gemerlapan
Namun oleh kita sebelah mata dipandang
          Ibu guru, kepada yang kuasa
          Telah kukirimkan pesan
          “Jemputlah sang bintang tak berpantang,
          Belailah dia di atas pangkuan.”
Ibu guru, selamat jalan
Kepergianmu telah terbungkus kasih Tuhan
Semangat juangmu kan selalu kami kenang
Sebab bekal-bekalmu telah dikandung badan
          Selamat jalan ibu guru
          Inilah kami hendak mengantarmu
          Pergilah kau dengan iringan merdu
          Damailah selalu di tempat yang kau tuju

Tidak ada komentar:

Posting Komentar